Rabu, 09 Juni 2010

Ong Jafar

“Papa…!!! Kamu jadi suami kok pelit banget sih, mama pingin belanja baju nih” teriak sang isteri karena tidak memperoleh uang belanja dari suaminya. Sang suami, yang bernama Ong Djafar merupakan sosok pria berwajah algojo namun berhati baik dan sabar. Ong Djafar yang kesehariannya bekerja sebagai Security alias petugas keamanan sekolah dasar negeri di tanah batak Haunatas, Sumatera Utara. Ong Djafar memiliki julukan keren di tempat kerjanya yaitu Tulang Birong. Tulang Birong dalam bahasa Indonesia berarti “om hitam” karena kulit Ong Djafar yang hitam seperti pantatnya wajan. Semua murid di sekolah itu bahkan para orang tua murid dari sekolah lain pasti mengenal Tulang Birong. Ong Djafar sangat sayang pada anak-anak.

Memasuki tahun ketujuh tahun perkawinan Ong Djafar dengan isterinya yang bernama Mida Romauli. Mereka belum dikaruniai seorang anak. Sang isteri yang membuka usaha lapo tuak (tempat menjual minuman tuak dan naniura “potongan Ikan Emas mentah yang telah dibumbui jeruk sehingga rasanya menjadi kecut”) kecil-kecilan yang bernama lapo tuak “Amang Margonjut” di halaman rumahnya. Usaha lapo tuak isterinya sangatlah laris dikarenakan cuaca selalu berkisaran 25 derajat Celcius. Namun ibu Romauli merupakan tipe isteri yang boros.

Pemasukan dari usaha lapo tuak itu tidak tetap seperti gaji Ong Djafar dari menjaga sebagai petugas keamanan. Kadang kala hujan deras mengguyur sehingga penduduk huta (kampung) enggan keluar rumahnya.

Seringkali sang isteri marah-marah jika Ong Djafar tidak memberikan seluruh gajinya kepadanya. Untuk menambah pemasukan, Ong Djafar juga bekerja sebagai penjaga Gereja pada hari Sabtu dan Minggu. Sang isteri selalu membeli barang-barang yang dapat memuaskan dirinya seperti baju dan alat merias wajah. Wajah sang isteri tanpa dipoles pun sudah cantik, konon isteri Ong Djafar adalah keturunan raja di tanah Batak. Ongkos kendaraan pulang pergi lebih mahal daripada barang yang akan dibeli isterinya akibat jarak kota yang cukup jauh dari rumahnya. Apalagi jalan yang ditempuh berbukit-bukit. Ong Djafar pernah menasehati isterinya baik-baik agar berubah namun isterinya tidak menggubrisnya.
Pada awal-awal perkawinan, isteri Ong Djafar tidak pernah bertingkah laku boros. Hal ini terjadi karena mereka belum dikaruniai seorang anak oleh Tuhan. Jadilah untuk menghindari depresi, sang isteri menghabiskan uang suaminya. Ong Djafar dan isterinya telah mencoba berbagai cara untuk memperoleh keturunan. Mulai dengan meminum air rebusan dedaunan yang dianggap berkhasiat hingga konsultasi ke dukun. Tak ayal, konsultasi ke dukun menjadi rutinitas keluarga itu.
Ong Djafar yang telah mengenal Tuhan semenjak kecil selalu berdoa tiap malam agar kehidupannya dimeriahkan dengan seorang anak. Sedangkan ibu Romauli baru resmi menjadi pengikut Tuhan semenjak kawin dengan Ong Djafar. Dulunya, isterinya penganut ilmu sihir dan tidak mengakui adanya Tuhan. Ong Djafar kerapkali mengajak isterinya belajar Alkitab. Ong Djafar tidak ingin isterinya jatuh ke jalannya yang lama apalagi masalah selalu hadir di keluarganya. “Katanya Tuhan itu pasti mengabulkan doa kita. Kita sudah rajin doa dan Gereja tapi kita kok tetap gak punya anak ya Pa..” ujar isterinya yang masih memakai daster sambil menangis di pundak suaminya. Ong Djafar termasuk orang pekerja keras.

Sang isteri selalu memuji Tuhan tanpa absen dengan mengikuti paduan suara di Gerejanya tiap hari Minggu. Di tahun kesepuluh perkawinannya, Ong Djafar diuji kesetian pada isterinya oleh Tuhan. Ong Djafar dipecat dari pekerjaanya akibat dituduh mencuri sepeda salah satu murid. Ong Djafar hanya mampu bersyukur pada Tuhan bahwa dia tidak ditahan walaupun namanya tercemar di hutanya. Penghasilan sebagai penjaga Gereja tidaklah sebesar pekerjaan pertamanya. Selain dipecat, isterinya beberapa bulan ini sering melamun di dekat pintu teras sambil tersenyum-senyum sendiri. Lapo tuaknya pun bangkrut.
Ong Djafar mencurahkan waktunyauntuk merawat isterinya agar cepat sembuh. Suatu malam Ong Djafar berdoa sambil menangis di samping isterinya yang tertidur lelap. Tanpa disadari, Ong Djafar berdoa pada Tuhan selama satu jam hingga ketiduran di samping isterinya.
Malam demi malam dilalui Ong Djafar dengan doa dan membaca Alkitab. Kadangkala sang isterinya melepas pakaiannya dan duduk di halaman rumah. Orang-orang pada mencemoohnya. Ong Djafar tidak malu dengan keadaan isterinya. Malahan rasa cintanya melebihi rasa cinta pada saat awal-awal perkawinan. Ong Djafar sering meminta nasehat kepada Pendeta di Gerejanya.

Akhirnya doa Ong Djafar dikabulkan Tuhan. Di tahun ke lima belas, isteri Ong Djafar mulai menunjukkan kesembuhan. Terlebih-lebih isterinya mengandung. Ong Djafar dan isterinya tidak henti-henti bersyukur pada Tuhan. Memasuki usia kandungan sembilan bulan, mendadak isteri Ong Djafar stres berat lagi. Bahkan hingga anak yang dilahirkannya berusia satu tahun. Sang isteri belum mengenal sang anak.

Ong Djafar rasanya ingin bunuh diri saja. Ong Djafar merasa tidak kuat lagi dalam menghadapi masalah ini. Namun di suatu bulan Desember, sang isteri beranjak-anjak sembuh. Ong Djafar tidak membawa sang isterinya ke dokter akibat tidak ada uang. Untuk memenuhi kebutuhan sang anak, Ong Djafar memberi susu Kerbau milik tetangganya. Ong Djafar hanya percaya pada mujizat Tuhan. Ibu Romauli akhirnya sembuh total dari sakitnya. Anehnya setelah isterinya sembuh. Ong Djafar baru memberi nama pada anaknya. Hal ini dilakukan untuk menghargai isterinya yang telah susah payah mengandung.
Sang isteri memberi nama anaknya yaitu Ong Pargaulan Alexius Romauli. Kata Pargaulan diambil agar sang anak cepat diterima masyarakat dan kata Alexius berasal dari seorang misionaris Katolik Belanda yang pernah bertugas di Pematang Siantar.

Kehidupan keluarga Ong Djafar semakin hari diberkati Tuhan. Mereka membuka lapo tuak dengan memperkerjakan tiga orang pegawai. Sang isteri pun dikenal luas sebagai opung ni naniura atau dewanya naniura karena masakannya sangatlah cocok dengan lidah orang Batak. Ong Djafar mampu membeli sebidang tanah yang cukup luas untuk memenuhi kebutuhannya dan sebagian hasilnya diserahkan pada Tuhan. Ong Pargaulan tumbuh menjadi seorang Pendeta yang tampan dan mampu memberitakan injil Tuhan sehingga banyak orang yang mengenal Tuhan. Pasangan Ong Djafar dan ibu Mida Romauli selalu berusaha untuk berlaku mensyukuri apapun kepada Tuhan dan hidup benar di hadapan Allah serta menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat (Lukas 1 : 6). Kehendak Tuhan memanglah sangat sempurna. Terima Kasih Pada MAJALAH FRIENDS Sukses Selalu TUHAN Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar